Loading Event

« All Event

  • This event has passed.

Identity Rising atau Hegemonic Decline? George Floyd, Krisis Amerika Serikat dan Pelajaran Besarnya

Juli 1, 2020 @ 9:00 pm - 10:00 pm UTC+7

Free

 

Akhir Mei dan awal Juni ini, kita menyaksikan fenomena yang tidak biasa: sebuah negara maju muncul dalam tajuk utama media internasional terkemuka dengan fenomena yang mengingatkan kita pada situasi khas negara dunia ketiga. Amerika Serikat yang selama ini mempromosikan diri sebagai teladan pelembagaan demokrasi, persamaan hukum dan ketertiban sosial tiba-tiba tampil dalam ilustrasi beda. Aksi massa yang menjalar ke kota-kota, amuk sosial, kerusuhan dan penjarahan yang menyeruak di beberapa titiknya, dan bahkan korban jiwa yang tak terhindarkan, yang biasanya menjadi pemandangan khas berita CNN terkait gejolak politik di dunia ketiga, hari ini justru terjadi di Amerika Serikat.

 

Sebelumnya banyak orang percaya bahwa demokrasi Amerika Serikat yang terlembaga akan memastikan aspirasi masyarakat tersalur baik sehingga sumbatan sosial tidak berpeluang memampat dan meledak menjadi rusuh sosial. Begitu juga dengan tradisi kedaulatan dan persamaan hukum yang kuat, akan membuat isu diskriminasi rasial tidak memiliki dasar moral untuk mengejawantah secara praktik. Apalagi dengan pengalaman pahitnya terlibat perang sipil berdarah dan menghadapi gejolak emansipasi hak-hak kulit hitam di separuh abad yang lalu, orang percaya Amerika Serikat pasti telah belajar banyak soal itu. Pendek kata, kita diyakinkan bahwa Amerika Serikat adalah negara maju terkait tiga hal itu. Tetapi, dalam rusuh sosial yang dipicu kematian George Floyd ini, Amerika Serikat seolah kehilangan kualitasnya sebagai negara maju.

 

Menariknya, respon Presiden Trump dalam menghadapi gejolak sosial ini, tidak juga mengonfirmasi kepemimpinan moral Amerika Serikat yang dipromosikan selama ini. Amerika Serikat yang selama ini gemar mengkritik penggunaan militer dalam menangani unjuk rasa di dunia ketiga, melalui unggahan Twitter presidennya, tidak sungkan-sungkan mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan para pengunjuk rasa. Di tambah carut marutnya dalam menangani pandemi COVID-19, fenomena ‘negara maju rasa dunia ketiga’ ini semakin terasa. Selama ini, Amerika Serikat lebih dulu dikenal sebagai satu-satunya negara maju yang tidak memiliki sistem jaminan kesehatan universal. Ini menjadikannya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan negara dunia ketiga. Ketidaksigapannya dalam mengantisipasi dan mengatasi pandemi kali ini kian mengonfirmasi keterbelakangannya terkait ini.

 

Ini semakin menambah daftar panjang kemunduran Amerika Serikat dalam kepemimpinan moral dan soft-power diplomacy selama ini. Sebelum ini, dunia telah mencatat kemunduran posisi moral dan kepemimpinan Amerika Serikat dalam beberapa front. Mula-mula dari kepemimpinan dalam UNESCO dan UNCLOS pertengahan 1980an, berlanjut pada resistensinya terhadap upaya pembentukan Mahkamah Pidana Internasional awal tahun 2000, dan semakin menjadi melalui penarikan dirinya dari Perjanjian Paris terkait Perubahan Iklim pertengahan tahun 2017 lalu. Tidak hanya itu, alih-alih mengambil tongkat kepemimpinan dalam upaya global mengatasi pandemi, Amerika Serikat justru terlibat dalam perseteruan yang tidak solutif dengan Tiongkok dan juga WHO. Keengganannya untuk memimpin upaya global penanggulangan pandemi ini mengonfirmasi kemunduran kontemporernya dalam kepemimpinan global selama ini.

 

Ada apa sesungguhnya dengan Amerika Serikat hari ini? Mengapa sebuah nasion yang dikenal sivic dan kampiun demokrasi tidak mampu menghindarkan diri dari kerusuhan rasial elementer seperti kasus George Floyd tempo hari? Kemana perginya segala kepemimpinan moral dan soft power Amerika Serikat terkait ini? Apakah ini pertanda bahwa politik identitas tengah bangkit dan mengetengahkan gelombang balik di sana? Ataukah pertanda bahwa kemerosotan hegemonik Amerika Serikat telah sedemikian akutnya? Pelajaran penting apa yang dapat kita petik dalam hal ini?

 

Narasumber

Daniel Dhakidae, PhD, Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Jurnal Prisma; Peneliti Senior LP3ES, Jakarta

 

Suzie Sudarman, Direktur Emerican Studies Centre, Universitas Indonesia
Registrasi & Partisipasi

Silakan registrasi zoom di sini untuk menjadi partisipan langsung diskusi. Ada 100 kursi tersedia di sana. Pilihan lainnya, anda dapat mengikuti live stream-nya di tautan youtube kami.

 

Image: https://m.washingtontimes.com/news/2020/may/29/michael-moore-hails-good-citizens-burning-down-the/

Detil

Tanggal:
Juli 1, 2020
Waktu
9:00 pm - 10:00 pm UTC+7
Biaya:
Free
Event Categories:
,

Venue

Aula Indonesia Udaya
ZOOM ID 978 5327 6306 Free but limited seat. Silakan RSVP untuk mengamankan tempat dan password. Klik tautan website pada keterangan venue terlampir untuk RSVP.

Penyelenggara

Emerging Indonesia Project
Email
project@emergingindonesia.com
Written by admin

Kontak

Ikuti Kami

Dapatkan update berita, ulasan dan kegiatan kami dengan cara follow akun sosial media kami berikut ini.